Cermang Pindah Domain
Hai, Cermanger, mulai tanggal 24 Agustus 2015, blog ini tidak akan diupdate lagi, karena Cermang pindah domain ke http://cermang.blogspot.com. Terima kasih.
Brayo Jangan Sedih
Oleh Aris Priyono
Di kawasan
pesisir Pak Rahmat, sang Pejuang Mangrove, tinggallah tiga sahabat mangrove,
Bogem, Bakau dan Brayo. Brayo sedang sedih. Banyak buahnya yang berguguran,
jatuh tak berguna. Di musim buah seperti ini, dia ingin setiap buahnya bisa
bermanfaat, seperti milik teman-temannya.
"Jangan
sedih, Brayo. Buahmu yang jatuh, kan bisa menjadi humus dan menyuburkan
lantai hutan," hibur Bakau.
"Aku tahu
itu, tapi aku ingin buahku bisa bermanfaat sebelum mengering dan membusuk. Aku
ingin buahku seperti buahmu, yang dimanfaatkan manusia menjadi pewarna
batik," jawabnya murung.
"Buahmu
banyak berguguran agar jenismu bisa lestari. Bila satu mati, masih ada cadangan
buah yang lain," Bogem menimpali.
"Itu aku
juga tahu, Bogem. Sudah kodrat alamku seperti itu. Tapi, aku mau buahku dibuat
sirup yang manis, seperti buahmu," harapnya.
Komang dan Kelomang Raksasa
Oleh Aris Priyono
Hari itu
Komang kembali merengek. Anak kelas lima SD itu, meminta ibunya mengantarnya ke
pasar malam membeli Kelomang. Ibu Rahmat tak tega, dan menemui suaminya.
"Sudah
tiga hari ini Komang cemberut, Pak. Dia ingin pelihara Kelomang. Nanti malam
Bapak bisa antar dia ke pasar malam, kan?" tanyanya.
"Apa dia
bisa merawatnya? Ikannya saja mati, sekarang malah mau Kelomang. Bapak
mau mengantarnya asalkan dia janji memberi makan dan merawat Kelomangnya, rutin
tiap hari," jawab Pak Rahmat.
"Sudahlah, Pak. Dituruti saja. Kalau sudah marah, dia nggak mau
sekolah, je. Iya, nanti Ibu sampaikan ke Komang. Semoga saja, kali ini,
dia bisa merawat kepiting mangrovenya dengan baik," terangnya dengan logat
Jawa yang kental.
Langganan:
Postingan (Atom)